Pria Memakai Cincin

Pria Memakai Cincin

Assalamu alaikum ustadz…

Saya ingin bertanya, bolehkan laki-laki memakai perhiasan emas putih? misalnya cincin.

Saya pernah dengan bahwa laki-laki tidak boleh memakai perhiasan emas. Akan tetapi, setau saya emas putih itu bukan logam emas (Aurum). JAdi apa boleh dipakai?

Terima kasih atas jawabannya

Waalaikumussalam Wr Wb

Saudara Febrina yang dimuliakan Allah swt

Saya pernah membaca sebuah tulisan yang menceritakan tentang kekecewaan seorang ibu ketika ia hendak menikah. Pada saat itu ia berfikir untuk membelikan emas putih untuk calon suaminya sebagai cincin perkawinan mereka di sebuah toko emas.

Ternyata selang beberapa lama setelah menikah emas putih itu terlihat memudar dan lama kelamaan menjadi kuning dan mulailah ia menyadari bahwa emas putih yang dia harapkan sebelumnya adalah platina ternyata ia hanya emas kuning biasa yang disepuh dengan bahan tertentu sehingga tampak putih.

Dari kisah tersebut maka perlu dibedakan antara emas putih dan platina. Apabila emas putih yang dimaksud adalah emas kuning (Aurum) yang dicampur dengan unsur-unsur logam putih, seperti nikel, palladium sehingga merubah warna aslinya dari kuning menjadi putih maka hukum mengenakan ‘emas putih’ ini bagi seorang laki-laki adalah haram dikarenakan penyepuhan tersebut tidaklah menghilangkan zat aslinya yaitu emas kuning (Aurum), sebagaimana hadits Rasulullah saw yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas bahwasanya Rasulullah saw melihat sebuah cincin dari emas ditangan seorang laki-laki maka beliau saw pun melepas dan membuangnya. Dan beliau saw bersabda,”Salah seorang diantara kalian sengaja menginginkan bara api dari neraka dengan mengenakannya (cincin emas) ditangannya.’ Kemudian dikatakan kepada laki-laki itu setelah Rasulullah saw pergi,’Ambillah cincinmu dan manfaatkanlah.’ Orang itu berkata,’Tidak, demi Allah aku tidak akan mengambilnya selama-lamanya, sesungguhnya Rasulullah saw telah membuangnya.” (HR. Muslim)

Diriwayatkan dari Abdullah bin Amr bin al ‘Ash bahwasanya Rasulullah saw bersabda,”Barangsiapa dari umatku mengenakan emas kemudian dia mati masih dalam keadaan mengenakannya maka Allah mengharamkan baginya emas di surga. Dan barangsiapa dari umatku yang mengenakan sutera kemudian dia mati masih dalam keadaan mengenakannya maka Allah mengharamkan baginya sutera di surga.” (HR. Ahmad)

Pengharaman ini khusus bagi laki-laki dan tidak bagi perempuan, sebagaimana hadits yang diriwayatkan dari Ali bahwasanya Nabi saw mengambil sebuah sutera dan menjadikannya di sebelah kanannya dan mengambil sebuah emas dan menjadikannya di sebelah kirinya kemudian beliau saw bersabda,”Sesungguhnya kedua jenis ini haram bagi kaum laki-laki dari umatku.” (HR. An Nasai dan Abu daud) demikian juga sabdanya saw,”Dihalalkan (mengenakan) sutera dan emas bagi kaum wanita dari umatku dan diharamkan bagi kaum laki-lakinya.” (HR. Ahmad)

Jadi emas warna apa pun, baik putih, merah atau yang lainnya selama ia hanyalah sepuhan yang dilakukan pada emas kuning maka hukumnya haram bagi laki-laki untuk dikenakan.

Adapun apabila emas putih yang dimaksudkan adalah platina maka ia tidaklah termasuk dalam golongan emas (Aurum). Ia memang termasuk kategori logam yang mahal bahkan ada yang mengatakan bahwa harganya 4 – 5 kali lebih mahal daripada emas. Dengan demikian diperbolehkan bagi kaum pria untuk mengenakannya dikarenakan tidak ada dalil-dalil syariat yang menunjukkan pengharamannya terhadap laki-laki.

Penamaan masyarakat selama ini bahwa platina adalah emas putih tidaklah menjadikannya haram karena ia hanyalah sebatas penamaan yang pada hakekatnya ia bukanlah emas, sebagaimana mahalnya harga platina juga tidak menjadikannya haram untuk dikenakan oleh kaum laki-laki.

Sedangkan tentang cincin kawin dalam pandangan islam bisa dilihat pada rubrik ini dengan judul “Hukum Cincin Kawin”.

-Ustadz Sigit Pranowo,Lc-

Rasulullah Juga Memakai Cincin

KEINDAHAN dan kemolekan batu akik benar-benar telah menghipnotis masyarakat Tanah Air termasuk masyarakat Provinsi Jambi. Tanpa mengenal  status sosial, baik tua-muda, laki-laki perempuan, pejabat maupun rakyat biasa, semuanya terkena ‘demam’  cincin dari batu akik itu. Jari-jari manis masyarakat kini sudah hampir semuanya terselip cincin. Siapa yang jarinya tidak memakai cincin, maka itu jari monyet, kata mereka.

Tak heran jika di banyak daerah diadakan lomba atau kontes cincin batu akik. Dari berbagai jenis asesoris dari perut bumi ini dilombakan.Pengunjungnya pun cukup meriah seperti layaknya pasar. Dan panitianya bukan saja dari para aktifis perkumpulan batu akik, tapi juga dikomandani oleh Pemda setempat.

Empat belas abad yang lalu,Baginda Rasulullah SAW juga memakai cincin. Tapi, cincinnya tidak sekedar berfungsi sebagai perhiasan yang dipakai di jari manis tangan Rasul, tapi juga berfungsi sebagai stempel surat yang dikirim kepada orang ‘ajam (non Arab). Di cincinnya  itu ada tertulis lafadz  “Muhammad”, “Rasul” dan “Allah”.

Beberapa hadis tentang cincin Rasulullah SAW

Dari Anas bin Malik ra, ia berkata,”Cincin Nabi SAW dari perak dan matanya adalah habasyi”. (HR. Al Bukhari-Muslim).Habasyi memiliki beberapa makna, yakni batu akik, atau mata cincin yang berwarna hitam, atau barang tambang dari negeri Habasyah.

Hadis ini menunjukkan bahwa bolehnya menggunakan perak bagi laki-laki dan perempuan. Dan perak dibolehkan bagi laki-laki dengan syarat tidak ada unsur membanggakan diri.

Ibnu Umar meriwayatkan bahwa,”Sesungguhnya Nabi SAW menggunakan cincin dari perak. Beliau menstempel dengannya” ( HR. At Tirmidzi, dan beliau mengatakan,Shahih)

Cincin Rasulullah yang biasa digunakan untuk stampel terukir lafadz dalam bahasa Arab “Muhammad”, “Rasul” dan “Allah”, sebagaimana dijelaskan dalam hadis yang diriwayatkan Imam Muslim. Dan lafadz “Allah terukir di bagian paling atas untuk mengagungkan nama-Nya.

Cincin stampel dibuat ketika Rasulullah SAW hendak mengirim surat kepada para penguasa ‘ajam (non Arab) Sahahabat Nabi  ada yang menyampaikan bahwa orang ‘ajam tidak menerima surat kecuali ada stempel atasnya. Maka dibuatlah cincin tersebut.

Dari Ali bin Abi Thalib, bahwa beliau berkata ,”Sesungguhnya Nabi SAW mengenakan cincinya di (tangan) kanannya”. ( HR. At Tirmidzi, Shahih). Makna hadis ini menunjukkan bahwa Rasulullah SAW menggunakan cincin di tangan kanan. Dalam keterangan lain disebutkan bahwa Rasulullah juga mengenakan cincin di jari kelingking. Karena itu menurut Imam Ahmad bahwa mengenakan cincin di jari tengah dan jari telunjuk hukumnya makruh.

Dalam riwayat yang lain disebutkan bahwa  Al Hasan dan Al Husain (cucu Rasul) kedua-duanya mengenakan cincin di tangan kiri. Imam At Tirmidzi menyatakan bahwa atsar ini Hasan Shahih.

Dan riwayat dari Anas bin Malik bahwasannya Rasulullah SAW mengenakan cincinnya di kelingking dari tangan kanan. (HR.Muslim)

Dari berbagai riwayat ini disimpulkan bahwa memakai  cincin di jari tangan kiri juga boleh. Namun lebih utama adalah memakainya di bagian kanan. (lihat, Al Isyraqat As Saniyah bi Syarhi As Syama’il Al Muhammadiyah, hal. 103-114).

Salah satu hal prinsip yang perlu mendapat perhatian bagi setiap pemakai cincin adalah bahwa cincin itu adalah untuk perhiasan. jangan sekali-kali menganggap atau berkeyakinan bahwa cincin yang dipakainya itu mempunyai ‘magic’ atau kekuatan yang dapat mendatangkan manfaat atau keuntungan serta dapat menolak madharat atau bala’. Hal ini dapat menjerumuskan pemakainya dalam kesyirikan, satu dosa besar yang tak terampuni oleh Allah SWT. “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya” (QS.An-Nisa : 48).

Cincin Emas Haram Bagi Laki-Laki

Walau kita termasuk orang yang hobi memakai cincin, jangan sekali-kali kaum lelaki memakai cincin dari emas. Sahabat Ali bin Abi Thalib ra meriwayatkan bahwa Nabi SAW pernah memegang sutra dengan tangan kanannya dan emas dengan tangan kirinya, kemudian beliau bersabda,Sesungguhnya, dua benda ini haram untuk kaum lelaki di kalangan umatku.” (HR. Abu Daud, An-Nasa’i, Al-Baihaqi, dan Ibnu Abi Syaibah; dinilai sahih oleh Al-Albani).Dalam riwayat lain terdapat tambahan, “… Halal bagi wanita di kalangan umatku.” (HR. Turmudzi)

Ibnu Abbas ra, juga meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW pernah melihat ada seorang memakai cincin dari emas. Beliaupun bergegas melepasnya dan membantingnya, sambil bersabda, “Kalian sengaja mengambil sebongkah bara api neraka dan kalian letakkan di tangan kalian.”

Setelah Rasulullah SAW pergi, ada sahabat yang menyarankan kepada orang ini, ‘Ambil cincin itu, bisa kamu manfaatkan untuk yang lain.’ Namun pemilik cincin yang baik ini justru menjawab, ‘Demi Allah, tidak akan aku ambil cincin itu selamanya, sementara Rasulullah SAW telah membuangnya.’ (HR. Ibn Hibban dalam shahihnya, Syuaib Al-Arnauth mengatakan, ‘Sanadnya shahih’).

Diriwayatkan dari Abdullah bin Amr bin al ‘Ash bahwasanya Rasulullah SAW  bersabda,”Barangsiapa dari umatku mengenakan emas kemudian dia mati masih dalam keadaan mengenakannya maka Allah mengharamkan baginya emas di surga. Dan barangsiapa dari umatku yang mengenakan sutera kemudian dia mati masih dalam keadaan mengenakannya maka Allah mengharamkan baginya sutera di surga.” (HR. Ahmad)

Pemborosan artinya membelanjakan harta, atau membeli sesuatu tanpa dipikirkan kegunaanya. Termasuk dalam hal membeli cincin yang akan dipakainya. Harganya sangat mahal, mungkin ratusan juta dan bahkan milyaran rupiah. Ini tentu masuk dalam kategori pemborosan. Allah SWT tidak menyukai orang-orang yang boros. Pemboros-pemboros sudah dicap oleh Allah sebagai teman setan. Jadi orang-orang yang boros kelakuannya sama dengan setan dan cocok menjadi teman setan.

Rasulullah SAW telah memberikan contoh kepada kita untuk tidak boros. Mulai dari pakaian yang dipakainya, hartanya dan lain sebagainya. Nabi Muhammad SAW tidak pernah boros bahkan memanfaatkan apa-apa yang masih bisa digunakan.

Perbuatan boros adalah gaya hidup gemar berlebih-lebihan dalam menggunakan harta, uang maupun sumber daya yang ada demi kesenangan saja. Dengan terbiasa berbuat boros seseorang bisa menjadi buta terhadap orang-orang dhu’afa di sekitarnya,sulit membedakan antara yang halal dan yang haram,mana boleh mana tidak boleh dilakukan, dan lain sebagainya. Allah SWT menyuruh kita untuk hidup sederhana dan hemat, karena jika semua orang menjadi boros maka suatu bangsa bisa rusak atau hancur.”Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan”.(QS.Al-Isra : 26-27).

Penulis adalah Pemerhati Kehidupan Beragama.

Bolehkah seorang lelaki memakai cincin suasa?

Suasa menurut Kamus Besar Dewan Bahasa membawa maksud pancalogam, iaitu campuran di antara emas dan tembaga.[1] Makanya, cincin suasa adalah cincin yang mana bahannya diperbuat daripada campuran emas dan tembaga.

Hukum Lelaki Mengambil Emas Sebagai Perhiasan

Haram hukumnya bagi lelaki mengambil emas sebagai perhiasan. Ini berdasarkan sebuah hadis yang mana Nabi SAW telah bersabda:

أُحِلَّ الذَّهَبُ وَالْحَرِيرُ لإِنَاثِ أُمَّتِي وَحُرِّمَ عَلَى ذُكُورِهَا

Maksudnya: Telah dihalalkan emas dan sutera asli bagi perempuan dikalangan umatku dan diharamkan (keduanya) bagi lelaki.

Riwayat al-Nasai’e (5148)

Dalam sebuah hadis yang lain, Rasulullah SAW telah bersabda:

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلَا يَلْبَسْ حَرِيرًا وَلَا ذَهَبًا

Maksudnya: Barang siapa yang beriman dengan Allah SWT dan hari akhirat, maka janganlah memakai sutera asli dan emas.

Riwayat al-Imam Ahmad di dalam Musnadnya (22249)

Hukum Lelaki Memakai Cincin Emas

Mengetahui akan keharaman bagi lelaki untuk mengambil emas sebagai perhiasan, maka begitu juga dengan memakai cincin emas bagi lelaki bahkan pengharamannya jelas melalui hadis Nabi SAW. Daripada Abu Hurairah RA:

أنَّهُ نَهَى عَنْ خَاتَمِ الذَّهَبِ

Maksudnya: Sesungguhnya Nabi SAW melarang (lelaki) dari memakai cincin emas.

Riwayat Muslim (2089)

Al-Imam al-Nawawi Rahimahullah menyebutkan bahawa telah berijma` sekalian muslim akan keharusan perempuan untuk memaikai cincin emas dan telah berijma` juga akan pengharaman buat lelaki bagi memakai cincin emas.[2]

Dalam sebuah riwayat yang lain, Rasulullah SAW pernah melihat seseorang memakai cincin yang diperbuat daripada emas lalu Baginda SAW mencabut cincin tersebut dari tangan lelaki tersebut lalu mencampakkannya, kemudian Baginda SAW bersabda:

يَعْمِدُ أَحَدُكُمْ إِلَى جَمْرَةٍ مِنْ نَارٍ فَيَجْعَلُهَا فِي يَدِهِ

Maksudnya: Seseorang dari kalian sengaja meletakkan bara dari api neraka ditangannya.

Riwayat Muslim (2029)

Larangan serta ancaman terhadap lelaki yang memakai cincin emas telah sabit di dalam hadis Nabi SAW dan cukup baginya untuk mengatakan haram bagi lelaki memakai cincin yang diperbuat daripada emas.

Hukum Lelaki Memakai Cincin Suasa

Telah disebutkan di atas bahawa yang dimaksudkan dengan cincin suasa itu adalah cincin yang mana diperbuat daripada campuran emas dan juga tembaga. Ini menjadikan komposisi cincin tersebut bukanlah diperbuat daripada emas semata-mata bahkan terdapat campuran jenis logam yang lain.

Sekadar pengetahuan kami, suasa ini mempunyai peratusan komposisinya yang tersendiri. Secara umumnya boleh dikatakan bagi membuat cincin suasa, ianya adalah hasil campuran (secara kasar) 70% tembaga, 20% emas dan 10% perak. Kadar ini dicampurkan dengan kaedah yang tertentu lalu menghasilkan suasa.

Oleh itu, bagaimanakah pandangan para ulama’ terhadap sesuatu barang yang terhasil dari campuran emas dan juga bahan yang lain?

Di dalam mazhab Syafi’e, bagi jenis logam yang disadur dengan emas, al-Imam al-Nawawi Rahimahullah menyebutkan di dalam kitabnya al-Majmu`:

لَوْ كَانَ الْخَاتَمُ فِضَّةً وَمَوَّهَهُ بِذَهَبٍ أَوْ مَوَّهَ السَّيْفَ وَغَيْرَهُ مِنْ آلَاتِ الْحَرْبِ أَوْ غَيْرِهَا بِذَهَبٍ فَإِنْ كَانَ تَمْوِيهًا يَحْصُلُ منه شئ إنْ عُرِضَ عَلَى النَّارِ فَهُوَ حَرَامٌ بِالِاتِّفَاقِ وإن لم يحصل منه شئ فطريقان (أصحهما) وَبِهِ قَطَعَ الْعِرَاقِيُّونَ يَحْرُمُ لِلْحَدِيثِ (وَالثَّانِي) فِيهِ وَجْهَانِ حَكَاهُمَا الْبَغَوِيّ وَسَائِرُ الْخُرَاسَانِيِّينَ أَوْ جُمْهُورُهُمْ أَحَدُهُمَا (يَحْرُمُ) (وَالثَّانِي) يَحِلُّ لِأَنَّهُ كَالْعَدَمِ

Maksudnya: Sekiranya cincin itu diperbuat dari perak dan dicampur, disadur (menggunakan api) dengan emas atau pedang yang disadur ataupun selainnya dari alatan perang dengan emas, sekiranya dileburkan kembali di atas api lalu masih dapat dikesan emasnya maka hukumnya haram secara kesepakatan. Sekiranya tidak dapat dikesan lagi emas tersebut maka ada dua jalan (yang paling sahih di antara keduanya) dan dengannya diputuskan oleh ulama’ al-`Iraq adalah haram berdasarkan hadis. (Keduanya) padanya terdapat dua pendapat dan dihikayatkan keduanya oleh al-Baghawi dan juga seluruh ulama’ al-Khurasan atau jumhur dari kalangan mereka yang mana salah satunya (haram) dan (keduanya) dibenarkan kerana ianya dihukumkan seperti tiada (emas tersebut selepas dilebur kembali).[3]

Berdasarkan kenyataan-kenyataan di atas, kami berpendapat bahawa pemakaian cincin suasa bagi lelaki adalah haram dan tidak dibolehkan. Ini berdasarkan hadis yang telah kita sebutkan pada perbincangan di atas yang mana dengan jelas Nabi SAW menyebut akan pengharamannya ke atas lelaki untuk diambil menjadikan perhiasan.

Begitu juga kami berpegang dengan kaedah:

إذا اجتَمَع الحلالُ والحرامُ غُلِّبَ الحرام

Maksudnya: Apabila berkumpul perkara halal dan haram maka perkara haram akan lebih menguasai.[4]

Komposisi cincin suasa yang mengandungi peratusan tertentu emas menjadikan ianya juga dikira terdapat emas di dalamnya meskipun setelah diadun dengan bahan-bahan yang lain. Pengharamannya juga berdasarkan keadaan dimana sekiranya cincin suasa itu dileburkan kembali, jika dapat dikesan kembali emasnya itu maka hukumnya haram. Begitu juga sekiranya jika setelah dilebur, tidak dapat dikesan lagi emasnya (istihlak), maka yang paling sahih seperti mana dinukilkan oleh al-Imam al-Nawawi adalah haram juga hukumnya.

Islam membenarkan lelaki memakai cincin yang diperbuat daripada perak bahkan cincin Nabi SAW juga diperbuat daripada perak. Maka pilihlah yang dibenarkan oleh syarak dan jauhilah perkara syubhat. Wallahu a`lam.

S.S Datuk Dr. Zulkifli Bin Mohamad Al-Bakri

Mufti Wilayah Persekutuan

20 Mac 2017 bersamaan 21 Jamadil Akhir 1438H

[1] Lihat Kamus Dewan Edisi ke-4, hlm. 1528.

[2] Lihat Al-Minhaj Syarh Sahih Muslim. Dar Ihya’ al-Turath al-Islami, (14/65)

[3] Lihat Al-Majmu` Syarh al-Muhazzab. Dar al-Fikr, (4/441)

[4] Lihat Al-Asybah wa al-Nazair oleh al-Imam al-Suyuti Rahimahullah. Dar al-Kutub al-`Ilmiyyah, hlm. 105.

Bolehkah seorang lelaki memakai cincin suasa?

Suasa menurut Kamus Besar Dewan Bahasa membawa maksud pancalogam, iaitu campuran di antara emas dan tembaga.[1] Makanya, cincin suasa adalah cincin yang mana bahannya diperbuat daripada campuran emas dan tembaga.

Hukum Lelaki Mengambil Emas Sebagai Perhiasan

Haram hukumnya bagi lelaki mengambil emas sebagai perhiasan. Ini berdasarkan sebuah hadis yang mana Nabi SAW telah bersabda:

أُحِلَّ الذَّهَبُ وَالْحَرِيرُ لإِنَاثِ أُمَّتِي وَحُرِّمَ عَلَى ذُكُورِهَا

Maksudnya: Telah dihalalkan emas dan sutera asli bagi perempuan dikalangan umatku dan diharamkan (keduanya) bagi lelaki.

Riwayat al-Nasai’e (5148)

Dalam sebuah hadis yang lain, Rasulullah SAW telah bersabda:

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلَا يَلْبَسْ حَرِيرًا وَلَا ذَهَبًا

Maksudnya: Barang siapa yang beriman dengan Allah SWT dan hari akhirat, maka janganlah memakai sutera asli dan emas.

Riwayat al-Imam Ahmad di dalam Musnadnya (22249)

Hukum Lelaki Memakai Cincin Emas

Mengetahui akan keharaman bagi lelaki untuk mengambil emas sebagai perhiasan, maka begitu juga dengan memakai cincin emas bagi lelaki bahkan pengharamannya jelas melalui hadis Nabi SAW. Daripada Abu Hurairah RA:

أنَّهُ نَهَى عَنْ خَاتَمِ الذَّهَبِ

Maksudnya: Sesungguhnya Nabi SAW melarang (lelaki) dari memakai cincin emas.

Riwayat Muslim (2089)

Al-Imam al-Nawawi Rahimahullah menyebutkan bahawa telah berijma` sekalian muslim akan keharusan perempuan untuk memaikai cincin emas dan telah berijma` juga akan pengharaman buat lelaki bagi memakai cincin emas.[2]

Dalam sebuah riwayat yang lain, Rasulullah SAW pernah melihat seseorang memakai cincin yang diperbuat daripada emas lalu Baginda SAW mencabut cincin tersebut dari tangan lelaki tersebut lalu mencampakkannya, kemudian Baginda SAW bersabda:

يَعْمِدُ أَحَدُكُمْ إِلَى جَمْرَةٍ مِنْ نَارٍ فَيَجْعَلُهَا فِي يَدِهِ

Maksudnya: Seseorang dari kalian sengaja meletakkan bara dari api neraka ditangannya.

Riwayat Muslim (2029)

Larangan serta ancaman terhadap lelaki yang memakai cincin emas telah sabit di dalam hadis Nabi SAW dan cukup baginya untuk mengatakan haram bagi lelaki memakai cincin yang diperbuat daripada emas.

Hukum Lelaki Memakai Cincin Suasa

Telah disebutkan di atas bahawa yang dimaksudkan dengan cincin suasa itu adalah cincin yang mana diperbuat daripada campuran emas dan juga tembaga. Ini menjadikan komposisi cincin tersebut bukanlah diperbuat daripada emas semata-mata bahkan terdapat campuran jenis logam yang lain.

Sekadar pengetahuan kami, suasa ini mempunyai peratusan komposisinya yang tersendiri. Secara umumnya boleh dikatakan bagi membuat cincin suasa, ianya adalah hasil campuran (secara kasar) 70% tembaga, 20% emas dan 10% perak. Kadar ini dicampurkan dengan kaedah yang tertentu lalu menghasilkan suasa.

Oleh itu, bagaimanakah pandangan para ulama’ terhadap sesuatu barang yang terhasil dari campuran emas dan juga bahan yang lain?

Di dalam mazhab Syafi’e, bagi jenis logam yang disadur dengan emas, al-Imam al-Nawawi Rahimahullah menyebutkan di dalam kitabnya al-Majmu`:

لَوْ كَانَ الْخَاتَمُ فِضَّةً وَمَوَّهَهُ بِذَهَبٍ أَوْ مَوَّهَ السَّيْفَ وَغَيْرَهُ مِنْ آلَاتِ الْحَرْبِ أَوْ غَيْرِهَا بِذَهَبٍ فَإِنْ كَانَ تَمْوِيهًا يَحْصُلُ منه شئ إنْ عُرِضَ عَلَى النَّارِ فَهُوَ حَرَامٌ بِالِاتِّفَاقِ وإن لم يحصل منه شئ فطريقان (أصحهما) وَبِهِ قَطَعَ الْعِرَاقِيُّونَ يَحْرُمُ لِلْحَدِيثِ (وَالثَّانِي) فِيهِ وَجْهَانِ حَكَاهُمَا الْبَغَوِيّ وَسَائِرُ الْخُرَاسَانِيِّينَ أَوْ جُمْهُورُهُمْ أَحَدُهُمَا (يَحْرُمُ) (وَالثَّانِي) يَحِلُّ لِأَنَّهُ كَالْعَدَمِ

Maksudnya: Sekiranya cincin itu diperbuat dari perak dan dicampur, disadur (menggunakan api) dengan emas atau pedang yang disadur ataupun selainnya dari alatan perang dengan emas, sekiranya dileburkan kembali di atas api lalu masih dapat dikesan emasnya maka hukumnya haram secara kesepakatan. Sekiranya tidak dapat dikesan lagi emas tersebut maka ada dua jalan (yang paling sahih di antara keduanya) dan dengannya diputuskan oleh ulama’ al-`Iraq adalah haram berdasarkan hadis. (Keduanya) padanya terdapat dua pendapat dan dihikayatkan keduanya oleh al-Baghawi dan juga seluruh ulama’ al-Khurasan atau jumhur dari kalangan mereka yang mana salah satunya (haram) dan (keduanya) dibenarkan kerana ianya dihukumkan seperti tiada (emas tersebut selepas dilebur kembali).[3]

Berdasarkan kenyataan-kenyataan di atas, kami berpendapat bahawa pemakaian cincin suasa bagi lelaki adalah haram dan tidak dibolehkan. Ini berdasarkan hadis yang telah kita sebutkan pada perbincangan di atas yang mana dengan jelas Nabi SAW menyebut akan pengharamannya ke atas lelaki untuk diambil menjadikan perhiasan.

Begitu juga kami berpegang dengan kaedah:

إذا اجتَمَع الحلالُ والحرامُ غُلِّبَ الحرام

Maksudnya: Apabila berkumpul perkara halal dan haram maka perkara haram akan lebih menguasai.[4]

Komposisi cincin suasa yang mengandungi peratusan tertentu emas menjadikan ianya juga dikira terdapat emas di dalamnya meskipun setelah diadun dengan bahan-bahan yang lain. Pengharamannya juga berdasarkan keadaan dimana sekiranya cincin suasa itu dileburkan kembali, jika dapat dikesan kembali emasnya itu maka hukumnya haram. Begitu juga sekiranya jika setelah dilebur, tidak dapat dikesan lagi emasnya (istihlak), maka yang paling sahih seperti mana dinukilkan oleh al-Imam al-Nawawi adalah haram juga hukumnya.

Islam membenarkan lelaki memakai cincin yang diperbuat daripada perak bahkan cincin Nabi SAW juga diperbuat daripada perak. Maka pilihlah yang dibenarkan oleh syarak dan jauhilah perkara syubhat. Wallahu a`lam.

S.S Datuk Dr. Zulkifli Bin Mohamad Al-Bakri

Mufti Wilayah Persekutuan

20 Mac 2017 bersamaan 21 Jamadil Akhir 1438H

[1] Lihat Kamus Dewan Edisi ke-4, hlm. 1528.

[2] Lihat Al-Minhaj Syarh Sahih Muslim. Dar Ihya’ al-Turath al-Islami, (14/65)

[3] Lihat Al-Majmu` Syarh al-Muhazzab. Dar al-Fikr, (4/441)

[4] Lihat Al-Asybah wa al-Nazair oleh al-Imam al-Suyuti Rahimahullah. Dar al-Kutub al-`Ilmiyyah, hlm. 105.

Assalamualaikum w.b.t Dato’ Seri. Apa hukum lelaki memakai perak? Adakah boleh bagi seorang lelaki memakai cincin perak?

Waalaikumussalam w.b.t Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, selawat dan salam kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW, ahli keluarga Baginda SAW, sahabat Baginda SAW serta orang-orang yang mengikuti jejak langkah Baginda SAW.

Perhiasan pada asalnya adalah diharuskan sekiranya tiada dalil yang mengharamkannya seperti berlebihan dan melampaui batas dan mendatangkan fitnah. Syeikh Sadiq Hassan al-Qinnauji menakalkan daripada Abu Sa’ud, menyebut, “Sesungguhnya setiap perhiasan itu diharuskan melainkan apabila didatangkan dengan dalil (melarangnya).” (Lihat Fath al-Bayan fi Maqasid al-Quran, 4/335)

يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِندَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ

Maksudnya: “Wahai anak-anak Adam! Pakailah pakaian kamu yang indah berhias pada tiap-tiap kali kamu ke tempat ibadat (atau mengerjakan sembahyang), dan makanlah serta minumlah, dan jangan pula kamu melampau; sesungguhnya Allah tidak suka akan orang-orang yang melampaui batas.”

Syeikh al-Sa’di menyatakan di dalam tafsirnya, apa yang dimaksudkan ayat di atas adalah perintah menutup aurat ketika solat. Oleh itu, menutup aurat apa yang terdapat pada perhiasan di badan. Dan merangkumi apa yang terkandung di dalam ayat ini adalah memakai pakaian yang baik dan bersih, arahan menutup aurat dan penggunaan perhiasan untuk kecantikan. (Lihat Taisir al-karim al-Rahman fi Tafsir kalam al-Mannan, 1/287)

Hukum Lelaki Memakai Cincin Perak

Lelaki tidak dilarang memakai cincin perak kerana Nabi SAW pernah memakainya. Anas R.A berkata:

لَمَّا أَرَادَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يَكْتُبَ إِلَى الرُّومِ، قِيلَ لَهُ: إِنَّهُمْ لاَ يَقْرَءُونَ كِتَابًا إِلَّا أَنْ يَكُونَ مَخْتُومًا، «فَاتَّخَذَ خَاتَمًا مِنْ فِضَّةٍ، وَكَأَنِّي أَنْظُرُ إِلَى بَيَاضِهِ فِي يَدِهِ، وَنَقَشَ فِيهِ مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ»

Maksudnya: “Ketika Nabi SAW hendak menulis surat kepada Rom, dikatakan kepada Baginda: “Sesungguhnya mereka tidak membaca surat melainkan terdapat padanya cap mohor.“ Lalu Baginda membuat cincin yang bercap mohor yang diperbuat daripada perak, seolah-olah aku masih melihat kilauan putih cincin itu di tangan Baginda. Baginda mengukir padanya kalimah Muhammad Rasulullah padanya.“

Riwayat al-Bukhari (2938) dan Muslim (2092)

Ulama’ menyebut: Cincin perak adalah dibenarkan menurut sepakat ulama’, kerana ia datang daripada riwayat yang sahih bahawa Nabi SAW memiliki cincin perak dan para sahabatnya juga memakai cincin. Ini berbeza dengan emas, yang diharamkan dengan sepakat imam yang empat. (Lihat Majmu’ Fatawa, 25/63-65)

Syeikh Zakariyya Al-Ansari menyebut bahawa diharuskan bagi seorang lelaki memakai cincin perak kerana mengikut (ittiba’) Rasulullah SAW, bahkan hukumnya adalah sunat, namun lelaki tidak boleh memakai gelang (al-siwar) dan tidak halal baginya, meskipun gelang tersebut diperbuat daripada perak. Hal ini kerana memakai gelang itu mempunyai unsur kewanitaan, dan ia tidak layak dan sesuai dengan sifat seorang lelaki. (Lihat Fatawa Hujjah al-Islam Abu Hamid al-Ghazali, hlm. 30; al-Majmu’, 4/444; Asna Al-Matalib, 1/379)

Cincin titanium/couple/tunangan permata satu pria wanita unisex keren

Cincin Pria Silver Perak Batu Natural Blue Topaz Permata Asli Garansi

Cincin pria kantoran custom ikat batu mulia akik permata cowok 79

SORCERY Ring HRC Cincin Custom Premium Permata Emas Perak Pria Wanita

SORCERY Ring VRS Cincin Custom Premium Permata Emas Perak Pria Wanita

SORCERY Ring DGN Cincin Custom Premium Permata Emas Perak Pria Wanita - Ruby. 18K Gold

SORCERY Ring AGS Cincin Custom Premium Permata Emas Perak Pria Wanita

SORCERY Ring SPD Cincin Custom Premium Permata Emas Perak Pria Wanita

SORCERY Ring LGN Cincin Permata Emas Perak 18K Real Gold Pria Wanita

SORCERY 925 Silver Ring VTX Cincin Perak Emas Hitam Permata Premium 18K Real Gold Unisex Pria Wanita

Cincin Ring Perak Silver Bali Lebar Kepang Tali Air Spiral Asli 925 Pria Laki Keren Elegan Custom

Cincin Ring Perak Silver Bali Ukir Etnik Emas Gold Asli 925 Pria Laki Wanita Keren Elegan Custom

Cincin Ring Perak Silver Bali motif Ukir Jantung Hati Cembung Asli 925 Pria Laki Wanita Keren Elegan Custom

Cincin Ring Perak Silver Bali Asli 925 Ukir Manuk Putih Zirconia Ungu Kecubung Pria Laki Wanita Keren Elegan Custom

Cincin Ring Perak Silver Bali Kelabang Lipan Asli 925 Pria Laki Wanita Keren Elegan Custom

SORCERY Ring HRC Cincin Custom Premium Permata Emas Perak Pria Wanita

SORCERY Ring VRS Cincin Custom Premium Permata Emas Perak Pria Wanita

SORCERY Ring AGS Cincin Custom Premium Permata Emas Perak Pria Wanita

SORCERY Ring SPD Cincin Custom Premium Permata Emas Perak Pria Wanita

SORCERY Ring DGN Cincin Custom Premium Permata Emas Perak Pria Wanita - Ruby. 18K Gold

Assalamualaikum w.b.t Dato’ Seri. Apa hukum lelaki memakai suasa? Adakah boleh bagi seorang lelaki memakai cincin suasa?

Waalaikumussalam w.b.t Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, selawat dan salam kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW, ahli keluarga Baginda SAW, sahabat Baginda SAW serta orang-orang yang mengikuti jejak langkah Baginda SAW.

Suasa menurut Kamus Dewan Bahasa dan Pustaka membawa maksud pancalogam, iaitu campuran di antara emas dan tembaga. Makanya, cincin suasa adalah cincin yang mana bahannya diperbuat daripada campuran emas dan tembaga.

Hukum Lelaki Mengambil Emas Sebagai Perhiasan

Haram hukumnya bagi lelaki mengambil emas sebagai perhiasan. Ini berdasarkan sebuah hadis yang mana Nabi SAW telah bersabda:

أُحِلَّ الذَّهَبُ وَالْحَرِيرُ لإِنَاثِ أُمَّتِي وَحُرِّمَ عَلَى ذُكُورِهَا

Maksudnya: “Telah dihalalkan emas dan sutera asli bagi perempuan dikalangan umatku dan diharamkan (keduanya) bagi lelaki.”

Riwayat al-Nasa’ie (5148)

Dalam sebuah hadis yang lain, Rasulullah SAW telah bersabda:

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلَا يَلْبَسْ حَرِيرًا وَلَا ذَهَبًا

Maksudnya: “Barang siapa yang beriman dengan Allah SWT dan hari akhirat, maka janganlah memakai sutera asli dan emas.”

Riwayat Ahmad (22249)

Hukum Lelaki Memakai Cincin Suasa

Telah disebutkan di atas bahawa yang dimaksudkan dengan cincin suasa itu adalah cincin yang mana diperbuat daripada campuran emas dan juga tembaga. Ini menjadikan komposisi cincin tersebut bukanlah diperbuat daripada emas semata-mata bahkan terdapat campuran jenis logam yang lain.

Sekadar pengetahuan kami, suasa ini mempunyai peratusan komposisinya yang tersendiri. Secara umumnya boleh dikatakan bagi membuat cincin suasa, ianya adalah hasil campuran (secara kasar) 70% tembaga, 20% emas dan 10% perak. Kadar ini dicampurkan dengan kaedah yang tertentu lalu menghasilkan suasa.

Oleh itu, bagaimanakah pandangan para ulama’ terhadap sesuatu barang yang terhasil dari campuran emas dan juga bahan yang lain?

Dalam mazhab al-Syafi’i, bagi jenis logam yang disadur dengan emas, Imam al-Nawawi menyebutkan di dalam kitabnya al-Majmu`:

لَوْ كَانَ الْخَاتَمُ فِضَّةً وَمَوَّهَهُ بِذَهَبٍ أَوْ مَوَّهَ السَّيْفَ وَغَيْرَهُ مِنْ آلَاتِ الْحَرْبِ أَوْ غَيْرِهَا بِذَهَبٍ فَإِنْ كَانَ تَمْوِيهًا يَحْصُلُ منه شئ إنْ عُرِضَ عَلَى النَّارِ فَهُوَ حَرَامٌ بِالِاتِّفَاقِ وإن لم يحصل منه شئ فطريقان (أصحهما) وَبِهِ قَطَعَ الْعِرَاقِيُّونَ يَحْرُمُ لِلْحَدِيثِ (وَالثَّانِي) فِيهِ وَجْهَانِ حَكَاهُمَا الْبَغَوِيّ وَسَائِرُ الْخُرَاسَانِيِّينَ أَوْ جُمْهُورُهُمْ أَحَدُهُمَا (يَحْرُمُ) (وَالثَّانِي) يَحِلُّ لِأَنَّهُ كَالْعَدَمِ

Maksudnya: “Sekiranya cincin itu diperbuat dari perak dan dicampur, disadur (menggunakan api) dengan emas atau pedang yang disadur ataupun selainnya dari alatan perang dengan emas, sekiranya dileburkan kembali di atas api lalu masih dapat dikesan emasnya maka hukumnya haram secara kesepakatan. Sekiranya tidak dapat dikesan lagi emas tersebut maka ada dua jalan (yang paling sahih di antara keduanya) dan dengannya diputuskan oleh ulama’ al-`Iraq adalah haram berdasarkan hadis. (Keduanya) padanya terdapat dua pendapat dan dihikayatkan keduanya oleh al-Baghawi dan juga seluruh ulama’ al-Khurasan atau jumhur dari kalangan mereka yang mana salah satunya (haram) dan (keduanya) dibenarkan kerana ianya dihukumkan seperti tiada (emas tersebut selepas dilebur kembali).” (Lihat al-Majmu’, 4/441)

Imam al-Nawawi turut menyebut dalam Syarah Sahih Muslim:

وَأَمَّا خَاتَم الذَّهَب فَهُوَ حَرَام عَلَى الرَّجُل بِالْإِجْمَاعِ ، وَكَذَا لَوْ كَانَ بَعْضه ذَهَبًا وَبَعْضه فِضَّة حَتَّى قَالَ أَصْحَابنَا : لَوْ كَانَتْ سِنّ الْخَاتَم ذَهَبًا ، أَوْ كَانَ مُمَوَّهًا بِذَهَب يَسِير ، فَهُوَ حَرَام لِعُمُومِ الْحَدِيث الْآخَر فِي الْحَرِير وَالذَّهَب ( إِنَّ هَذَيْنِ حَرَام عَلَى ذُكُور أُمَّتِي حِلّ لِإِنَاثِهَا ) .

“Adalah haram memakai cincin emas bagi lelaki dengan ijma’ ulama’. Begitu juga, haram jikalau ada setengahnya emas dan setengahnya perak hingga berkata ashab kita (ulama’-ulama’ besar mazhab Syafie), kalau adalah kerigi (untuk permata) cincin itu daripada emas atau bersadur dengan sedikit emas, maka ia tetap jua haram kerana umumnya hadith.” (Lihat al-Minhaj Syarh Sahih Muslim, 7/139)

Hal ini juga selaras sepertimana dalam laporan Mesyuarat Panel Kajian Syariah JAKIM kali ke-31 pada 2-4 Oktober 2000 mengenai hukum memakai suasa bagi lelaki di mana diputuskan hukumnya adalah haram. Disebut: “Cincin suasa adalah campuran daripada dua unsur logam iaitu emas dan perak. Oleh kerana cincin suasa campuran emas lebih daripada perak, maka ia dihukumkan emas dan haram dipakai oleh kaum lelaki.[1]

Berdasarkan keterangan di atas, kami berpendapat bahawa pemakaian cincin suasa bagi lelaki adalah haram dan tidak dibolehkan. Ini berdasarkan hadis yang telah kita sebutkan pada perbincangan di atas yang mana dengan jelas Nabi SAW menyebut akan pengharamannya ke atas lelaki untuk diambil menjadikan perhiasan.

Begitu juga kami berpegang dengan kaedah:

إذَا اجْتَمَعَ الْحَلَالُ وَالْحَرَامُ، غَلَبَ الْحَرَامُ

Maksudnya: “Apabila berkumpul perkara halal dan haram maka perkara haram akan lebih menguasai.” (Lihat al-Asybah wa al-Nazair oleh al-Imam al-Suyuti, hlm. 105; al-Asybah wa al-Naza’ir oleh Ibn Nujaim, hlm. 93)

Komposisi cincin suasa yang mengandungi peratusan tertentu emas menjadikan ianya juga dikira terdapat emas di dalamnya meskipun setelah diadun dengan bahan-bahan yang lain. Pengharamannya juga berdasarkan keadaan dimana sekiranya cincin suasa itu dileburkan kembali, jika dapat dikesan kembali emasnya itu maka hukumnya haram. Begitu juga sekiranya jika setelah dilebur, tidak dapat dikesan lagi emasnya (istihlak), maka yang paling sahih seperti mana dinukilkan oleh al-Imam al-Nawawi adalah haram juga hukumnya.

Islam membenarkan lelaki memakai cincin yang diperbuat daripada perak bahkan cincin Nabi SAW juga diperbuat daripada perak. Maka pilihlah yang dibenarkan oleh syarak dan jauhilah perkara syubhat.

Bertarikh: 29 Mac 2022 bersamaan 26 Syaaban 1443H

[1] Nombor Rujukan: PANEL 030407 – Nota: Jawapan kepada soalan disediakan oleh Panel Kemusykilan Agama, JAKIM

Hukum Lelaki Memakai Cincin Perak

Ustadz bagaimana hukumnya lelaki memakai cincin perak? 0857–1866-xxx

Hukumnya halal karena cincin Nabi saw pun terbuat dari perak. Yang haram bagi lelaki itu cincin dari emas. Kalau dari perak hukumnya halal. Riwayat tentang cincin Nabi saw itu sendiri ditemukan dua:

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ  قَالَ كَتَبَ النَّبِيُّ ﷺ كِتَابًا أَوْ أَرَادَ أَنْ يَكْتُبَ فَقِيلَ لَهُ إِنَّهُمْ لَا يَقْرَءُونَ كِتَابًا إِلَّا مَخْتُومًا فَاتَّخَذَ خَاتَمًا مِنْ فِضَّةٍ نَقْشُهُ مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ

Dari Anas ibn Mali ra, ia berkata: Nabi saw menulis atau hendak menulis surat. Lalu dikatakan kepada beliau: “Mereka tidak akan membaca surat kecuali yang distempel.” Maka beliau pun membuat stemple cincin dari perak yang ukirannya ‘Muhammad Rasulullah’ (Shahih al-Bukhari bab ma yudzkaru fil-munawalah no.65).

كَانَ خَاتَمُ رَسُولِ اللهِ ﷺ مِنْ وَرِقٍ وَكَانَ فَصُّهُ حَبَشِيًّا

“Cincin Rasulullah saw terbuat dari perak. Dan mata cincinnya dari Habasyah (‘aqiq).” (Shahih Muslim kitab al-libas waz-zinah bab fi khatamil-wariq fashshuhu habasyiyyan no. 5607).

Terkait dua riwayat di atas, Imam an-Nawawi menjelaskan bahwa bisa jadi Nabi saw memiliki dua cincin; cincin perak yang ada batu ‘aqiq-nya dari Habasyah dan cincin perak murni yang ada ukiran “Muhammad Rasulullah”.

Yang terlarang menggunakan perhiasan dari emas, karena itu khusus untuk perempuan. Status lelaki yang memakai perhiasan emas sama dengan lelaki yang memakai pakaian perempuan, yakni terlaknat.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ  عَنِ النَّبِيِّ ﷺ أَنَّهُ نَهَى عَنْ خَاتَمِ الذَّهَبِ

Dari Abu Hurairah ra, dari Nabi saw: “Nabi saw melarang cincin dari emas.” (Shahih al-Bukhari kitab al-libas bab khawatim adz-dzahab no. 5863-5864).

حُرِّمَ لِبَاسُ الحَرِيرِ وَالذَّهَبِ عَلَى ذُكُورِ أُمَّتِي وَأُحِلَّ لِإِنَاثِهِمْ

Diharamkan pakaian sutera dan emas untuk kaum lelaki umatku dan dihalalkan untuk kaum perempuannya (Sunan at-Tirmidzi kitab abwab al-libas bab ma ja`a fil-harir wadz-dzahab no.1720).

Hal lainnya yang terlarang bagi laki-laki adalah makruh—tidak sampai haram—mengenakan cincin di jari telunjuk dan jari tengah. Ini berdasarkan pernyataan ‘Ali ra:

نَهَانِى رَسُولُ اللَّهِ ﷺ أَنْ أَتَخَتَّمَ فِى إِصْبَعِى هَذِهِ أَوْ هَذِهِ. قَالَ فَأَوْمَأَ إِلَى الْوُسْطَى وَالَّتِى تَلِيهَا

“Rasulullah saw melarangku mengenakan cincin di jari ini dan ini.” Kata Abu Burdah: ‘Ali berisyarat pada jari tengah dan yang di sampingnya (Shahih Muslim bab an-nahy ‘anit-takhattum fil-wustha wal-lati taliha no. 5614. Dalam riwayat an-Nasa`i disebutkan jelas jari yang di sampingnya itu jari telunjuk—Sunan an-Nasa`i bab an-nahy ‘anil-khatam fis-sababah no. 5211 dan bab maudli’ul-khatam no. 5286).

Anas ra menyebutkan bahwa Nabi saw biasa memakai cincin di jari manis tangan kirinya:

عَنْ أَنَسٍ قَالَ كَانَ خَاتَمُ النَّبِىِّ ﷺ فِى هَذِهِ. وَأَشَارَ إِلَى الْخِنْصِرِ مِنْ يَدِهِ الْيُسْرَى

Dari Anas, ia berkata: “Cincin Nabi saw itu dipakainya di sini,” sambil berisyarat ke jari manis dari tangan kirinya (Shahih Muslim bab fi labsil-khatam fil-khinshir no. 5610).

Tetapi dalam riwayat lainnya menyebutkan kadang di tangan kanan. Menurut Imam an-Nawawi larangan menggunakan cincin di jari tengah dan telunjuk tidak sampai haram, hanya makruh, sebab larangannya tidak keras dan tidak ada ancaman siksa. Larangan ini jelasnya juga hanya berlaku bagi lelaki, sebab ‘Ali tegas menyebutkan “melarangku” tertuju pada dirinya yang laki-laki. Bagi perempuan ada keleluasaan untuk memakai cincin di jari mana saja (Syarah Shahih Muslim). Wal-‘Llahu a’lam.